Minggu, 05 Juni 2022

Menjadi Tukang Sampah

Saya masih ingat hari terakhir saya Ketika berpamitan dengan beberapa teman terdekat di perusahaan tempat saya kerja terakhir. “See you at the top”, ujar saya. Semua rencana sudah dibuat dengan baik, ketika kemudian mak jeder… uang yang saya investasikan ke teman untuk berbisnis lobster tidak jelas juntrungnya hingga sekarang. Mike Tyson betul ketika dia bilang “Everyone has a plan until they get punched in the mouth”. Saya kehilangan kepercayaan, baik kepada orang lain maupun diri sendiri.

Sempat membuka laman jobstreet.com dan mengirimkan CV ke beberapa perusahaan yang terlihat bonafid, tapi entah kenapa, ada sedikit pemberontakan di hati kecil saya. Hati berbisik dan bertanya retoris,

“apa tak ingin menghabiskan waktu lebih banyak bersama keluarga di siang hari. Di hari kerja. Bukan hanya menghabiskan waktu bersama di akhir pekan yang jumlahnya hanya 2 hari itu. Lebih dari sepertiga hidup kita dihabiskan untuk bekerja bagi orang lain. Apa tak ingin bekerja untuk mimpi sendiri”.


Satu-dua wawancara saya ikuti. siapa yang tak tertarik dengan kemudahan mencari uang menjadi karyawan. Gaji tetap tiap bulan, belum lagi bonus. Fasilitas perusahaan yang bisa digunakan, bahkan sekedar untuk menaikkan gengsi. Apalagi kalau sudah punya jabatan stragetis. Jari telunjuk dan bacot menjadi begitu sakti. Satu kelemahan saya ketika bekerja pada orang lain. Saya tidak menyukai pakaian formal. Ribet. Saya yakin Mark & Steve memiliki ide yang sama. Mereka suka mengenakan kaos. Kalian tahulah yang saya maksud. Mark Zukerberg & Steve Jobs. Saya terdiam ketika membaca tulisan Nassim Taleb. Dia bilang “The three most harmful addictions are heroin, carbohydrates, and a monthly salary”. Kemudian Saya memaki dalam hati “Bangsat kau Nassim!” Haha…


Saya berusaha bangkit. Seorang teman, pengusaha muda mengembangkan bisnis baru. Pemotongan hewan. Kami prihatin ketika ada seorang muslim menawarkan seekor sapi dengan harga 1.5 juta dengan keadaan sakit. Seingat saya patah kakinya. Sapi itu bisa disembelih secara Islam dan dagingnya dijual. Tapi bukan itu yang membuat saya miris. Singkat cerita sapi itu mati tanpa disembelih, tetap juga dijual, tapi dengan harga 500 ribu. Pembelinya muslim juga. Di situ kami tidak terima. Kami kecil-kecilan membuat usaha pemotongan hewan, dalam hal ini sapi, sesuai syariat Islam. Kalau mau, pembeli bisa melihat langsung proses pemotongan. Daging masih segar. Jangan tanya perijinan. Namanya juga masih usaha rintisan.


Sebenarnya mudah dalam pemasaran. Tinggal pergi door-to-door mencari restoran, khususnya rumah makan Padang yang membutuhkan suplai daging sapi secara rutin. Mengumpulkan informasi dari mana mereka membeli daging dan berapa harganya. Ide memang selalu mudah diucapkan. Saya yang aktif sebagai anggota di klub motor suka berkeliling kota dengan kendaraan roda dua. Beberapa pembeli saya dapatkan, ketika kemudian saya bosan. Aktivitas ini berhenti begitu saja meski teman-teman terus melanjutkan.

 

20 April 2022 lalu jadi hari yang layak diingat. Saya bertemu seseorang yang idenya membuat mata saya berbinar-binar. Ia lulusan arsitektur dari perguruan tinggi yang saya juga menjadi alumninya, yaitu UGM. “Ini dia yang saya cari-cari”, begitu ujar saya beberapa kali padanya. Ada dua domain web yang ia kembangkan, yaitu rumahpracetak.id dan daurulang.id. Saya tertarik pada domain yang kedua itu. Daurulang.id memiliki konsep dasar dengan prinsip “sampah itu bukan dibuang, tapi diolah”.

 

Tak butuh waktu lama bagi saya untuk mencintai sampah, karena saya betul-betul suka idenya. Mengubah persepsi sampah sebagai barang yang diabaikan menjadi barang yang diperhatikan itu tak mudah, tapi saya punya cara. Tak sengaja, ada iklan di Instagram tentang “Go Green Summit”. Ada tulisan “Call for Paper” di iklan tersebut. Saya duduk di depan laptop 2-3 jam sambil mengetik abstrak yang saya beri judul “Social Engineering for Zero Waste Management in Bali”. Saya mengirimnya ke panitia Go Green Summit. Abstrak saya diterima. Jadilah pada tanggal 1 Juni 2022 lalu saya mempresentasikan beberapa slide Power Point tentang judul saya tersebut.


Presentasi daring tentang Zero Waste Management


Bersinggungan dengan dunia akademisi ini pengalaman pertama kali. Saya menghubungi beberapa teman yang memang bergelut dengan dunia itu. Sejak abstrak diterima panitia untuk presentasi tanggal 11 Mei, saya memikirkan bagaimana cara presentasi yang baik. Setidaknya tidak memalukan bangsa Indonesia, karena peserta yang hadir di situ dari India, Filipina, Malaysia, dan beberapa negara lain yang saya tidak ingat betul. Makan, sendiri sebelum tidur, bahkan ketika buang air, saya terus berpikir dan merenung cara paling efektif bikin presentasi yang baik. Jam 8 pagi tanggal 1 Juni 2022 baru saya mulai bikin slide untuk dipresentasikan jam 3 sore. Waktu presentasi 10 menit selesai. Semua mengalir begitu saja. Satu-satunya yang saya ingat dari presentasi itu adalah ketika moderator yang manis senyumnya itu mempersilahkan saya presentasi dengan memanggil saya “profesor”. Dalam hati saya berkata “Amin”.


Perjalanan masih jauh. Apa yang saya peroleh dari daurulang.id belum ada selain kebanggaan bahwa saya bekerja untuk mimpi saya. Bukan sekedar cari uang. Cicilan rumah masih belum terbayar, bahkan makan sehari-hari masih utang. Di situ saya paham bagaimana Knut Hamsun menulis salah satu karya terbaiknya yang berjudul “Lapar”. Novel yang paling saya sukai sepanjang masa. Knut sendiri adalah pemenang Nobel Sastra tahun 1920.


Waktu terus berjalan. Ada beberapa tulisan “call for paper” dari instansi lain. Daurulang.id siap membahana. Usaha rintisan ini, meski di Yogyakarta dan Klaten sudah berjalan, tapi di kota tempat saya tinggal, Denpasar, masih unyu-unyu. Perlu perhatian lebih dan kasih sayang yang tak pernah padam. Kemarin saya mendapatkan pelanggan kedua rumah tangga. Alhamdulillah.


Kelak, ketika bertemu teman profesional, saya akan memperkenalkan diri sebagai Tukang Sampah di daurulang.id. Saya literally mengambil sampah dan membawanya ke tempat pengolahan. Saya percaya, olah sampah itu jadi berkah. Mari kita wujudkan lingkungan yang lebih baik untuk generasi selanjutnya.

Menjadi Tukang Sampah

Saya masih ingat hari terakhir saya Ketika berpamitan dengan beberapa teman terdekat di perusahaan tempat saya kerja terakhir. “See you at t...